Alhamdulillah segala puji bagi Allah Subhanahu Tabaroka Wa Ta'ala, yang telah megajarkan kita untuk meghormati kedua orangtua, sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan atas "khataman anbiya" Baginda Rasulullah SAW.
Bismillahirrahmaanirrahiim.
اَÙ„ْجَÙ†ّـة تَØْتَ اَÙ‚ْـدَامِ الاُÙ…َّهــاَتْ رواه انس﴿عن قضاعي وخاطيب
“Surga berada di bawah telapak kaki ibu”
(Menghormati dan berkhidmah/berbakti kepada ibu,
menjadi perantara masuk surga)
(Menghormati dan berkhidmah/berbakti kepada ibu,
menjadi perantara masuk surga)
(HR. Qudho’iy dan Khothib dari sohabat Annas)
Sumber : Hadits Nabawi; Hadits ke-83, sohifah 34
Kasih Ibu…. Kepada Beta……
Tak Terhingga ….. Sepanjang Masa….
Hanya Memberi…. Tak Harap Kembali…..
Bagai Sang Surya….. Menyinari Dunia...
Bila kita bertanya pada generasi nenek-nenek sekarang tentang gambaran seorang ibu, maka jawabnya adalah sosok yang selalu memberikan ketenangan batin, selalu siap ketika anak memerlukan perlindungan, nasehat dan menyediakan pangkuannya sebagai rebahan kepala buah hatinya. Akan berbeda bila pertanyaan itu kita ajukan kepada generasi ibu-ibu sekarang maka gambaran seorang ibu di mata mereka adalah seorang wanita aktif di luar rumah baik untuk urusan organisasi sosial kemasyarakatan, disamping mengurus rumah tangga. Maka akan semakin berbeda bila pertanyaan itu ditanyakan kepada generasi kakak perempuan kita yg baru saja menjadi “ibu muda”. Di benak mereka gambaran seorang ibu adalah sosok wanita yang mandiri dalam segala hal, baik secara material maupun non material. Mempunyai jadwal kegiatan tetap setiap keluar rumah dengan membawa atribut kebanggaan tersendiri, serta bersikap cepat, tegas dan lugas dalam bertindak walaupun terhadap buah hatinya. Ibu yang baik dalam pandangan mereka adalah ibu yang siap memberikan segala kesenangan-kesenangan yang muaranya hanya bersifat materiil semata.
Satu hal yang ingin disoroti penulis adalah tercabutnya naluri keibuan dari wanita Muslim. Mungkin timbul suatu pertanyaan, “Bukankah naluri keibuan selalu melekat pada seorang wanita ?”. Memang benar bila ada pendapat bahwa naluri keibuan itu melekat pada diri seorang wanita, tetapi permasalahannya apakah naluri itu dipelihara dan dipupuk dalam batinnya sehingga tumbuh subur, berbunga dan berbuah bagi dirinya dan bermanfaat terhadap lingkungan rumah tangga, atau malah dibiarkan mati merana. Bukan suatu jaminan bahwa seorang wanita apabila telah melahirkan, dan menjadi ibu akan mempunyai naluri keibuan yang berkembang dengan baik, dan bukan pula suatu jaminan bahwa wanita yang belum pernah melahirkan maka naluri keibuan tidak berkembang baik. Banyak sekali kita temui berbagai peristiwa tentang kekerasan seorang ibu menghadapi putra-putrinya dalam rumah tangga, ketidakpedulian sikap ibu terhadap perkembangan buah hatinya.
Dari banyak kasus yang ditemui pada anak bermasalah, baik yang berkaitan dengan bidang akademik, pergaulan sosial, kenakalan yang menjurus pada tindak kriminal, bahkan sampai yang menyangkut gangguan psikologis, mayoritas penyebabnya adalah permasalahan dalam keluarga. Bila berbagai masalah keluarga ini dipilah-pilah lagi, maka sebagian besar penyebabnya adalah peran orang tua yang tidak pada porsinya. Bapak tidak berperan sebagai bapak sebagaimana mestinya, dan ibu tidak berperan sebagai ibu sebagaimana ketentuannya. Maka bukanlah hal yang mengejutkan apabila dalam dasawarsa akhir ini angka pada statistik gangguan kesehatan mental meningkat tajam.
Agama Islam telah mengajarkan pada kita semua tentang kehormatan seorang wanita, khususnya ibu. Rasulullah SAW telah menegaskan bahwa orang yang sangat patut kita hormati adalah ibu. Juga telah diajarkan bahwa “Surga berada di bawah telapak kaki ibu”. Surga adalah lambang kedamaian, keteduhan, ketenangan, ketenteraman sekaligus kehangatan kasih sayang. Dari semua itu, ‘surga’ adalah perlambang rasa kebahagiaaan bathiniah. Dari seorang ibu diharapkan perasaan ini didapatkan putra-putrinya. Betapa mulia kedudukan seorang ibu. Bagi seorang anak, ibu adalah muara untuk bercanda, bermanja dan berkeluh kesah yang pada intinya berperan sebagai pensuplai kebutuhan bathiniah dalam keluarga, karena pemenuhan kebutuhan lahiriah merupakan salah satu tanggung jawab bapak. Diharapkan dari ibu, anak akan menemukan ketenangan dikala merasa ada ancaman, anak akan mendapatkan kesejukan dan kehangatan bathin dikala jiwanya tergoncang.
Sifat keibuan wanita muslimah, tampak dalam bentuk dan gambaran paling indah. Dalam berbagai segi kehidupan, sifat keibuan terlihat dengan jelas. Ia merupakan mata air keibuan yang deras meliputi keseluruhan, ia cinta yang sebenar-benarnya cinta. Ibu adalah keseluruhan dari kelembutan, ia adalah kasih sayang dan sifat mengalah. Ia adalah pencurahan tenaga dan pengorbanan, ibu adalah lambang kesabaran. Naluri keibuan seorang wanita muslimah senantiasa nampak dalam kedamaian, naluri yang mampu menahan kantuk semalaman demi menjaga keselamatan buah hatinya.
Dalam suatu hadits riwayat Abu Daud dan Imam Hakim dengan sanad yang shahih bersumber dari Amr bin Syu’aib dari ayahnya dari kakeknya, diriwayatkan seorang wanita menghadap Rasulullah SAW dan berkata, “Yaa Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wa Alihi Wa Sallama, perutku telah menjadi wadah anakku, asiku menjadi sumber minumannya dan pangkuanku menjadi rumahnya.” (A. Firdaus Al-Halwani, Wanita-wanita Pendamping Rasulullah SAW, Mitra Pustaka, Yogyakarta, 1996).
Tetapi kini kesejukan di dalam rumah, masakan lezat lagi hangat, manisnya tegur sapa ibu ketika sang anak pulang ke rumah seolah menjadi hal yang asing. Usapan di kepala, elusan di punggung ketika anak mencurahkan keluh kesah, tinggal cerita dalam novel atau sinetron belaka. Perhatian dan pelukan ketika anak merasa kurang sehat seakan menjadi barang langka. Tanpa disadari ibu telah menghilangkan ‘surga’ bagi putra-putrinya. Tegasnya, Ibu telah kehilangan ‘surga’ dari telapak kakinya.
Wanita dapat dijadikan tolok ukur bagi maju dan mundurnya suatu bangsa. Apabila wanitanya berakhlak mulia maka bangsa itu akan berjaya, sebaliknya bila wanitanya berakhlak rendah maka bangsa itu tunggulah kehancurannya. Inilah salah satu peluang yang telah diintai oleh musuh-musuh Islam untuk melancarkan strateginya yang bertujuan menghancurkan agama mulia ini.
Ana Meljan (seorang missionries wanita) secara tegas menyatakan, “Tidak ada jalan lebih tepat menghancurkan Islam selain mendidik wanita Muslimah dalam sekolah missionarisme.” Sekolah yang didirikan untuk merubah warna wanita Muslimah yang berbalut kata ‘haram’, ‘malu’ dan ‘utama’ dengan warna-warana pola hidup barat. Bahkan lebih jauh dikatakan, “tidak ada yang lebih tepat untuk menghancurkan Islam kecuali mengajak wanita Muslimah keluar rumah dengan menampakkkan auratnya”. (A.Wadud Syalabi, dalam Mulhaq Majalah Al-Azhar, di sadur dari wanita-wanita Pendamping Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wa Alihi Wa Sallama, Mitra Pustaka, Yogyakarta, 1996).
Tanpa disadari, secara perlahan wanita Muslimah telah termakan strategi musuh-musuh Islam, mulai tergiur untuk terjun mencari pemenuhan materiil, mulai bergaya hidup hedonisme (mencari kesenangan semata). Wanita yang aktif di luar rumah beresiko tinggi kehilangan naluri keibuannya, karena aktivitas di luar rumah menuntut persaingan keras, gesekan-gesekan sosial dan budaya berpotensi melunturkan ‘ruh’ keibuan, semangat untuk tetap ‘fight’ (siap tempur) yang sebenarnya itu semua merupakan porsi bagi kaum pria. Sehingga sedikit demi sedikit menyebabkan wanita tersebut telah kehilangan ‘surga’nya. Surga yang seharusnya dipersembahkan bagi generasi muda Islam. Generasi yang butuh bimbingan dan pengarahan seorang ibu untuk selalu memegang teguh aqidahnya, syari’ah dan akhlaq, generasi yang senantiasa siap berjuang menegakkan agama Allah Azza Wajalla dengan tetap berpegang pada Al-Qur’an dan Al-Hadits.
Walaupun dapat dikatakan terlambat, alangkah baiknya segera bangun dari keterlenaan dan berbenah diri, membangun benteng yang kokoh menumbuh-kembangkan naluri keibuan bagi para wanita Muslimah, agar kita tidak kehilangan ‘surga’ kita. Jangan biarkan musuh-musuh Islam memerosokkan kita ke jurang kerendahan moral, karena celah inilah yang dapat dimanfaatkan untuk memporak-porandakan Islam. Karena mereka tahu persis bahwa cara paling efektif adalah merusak moral wanita Muslimah. Akankah kita biarkan ini terjadi ? Jangan biarkan anak cucu kita kelak bertanya : “Masihkah ada Surga di Bawah Telapak Kaki Bunda ?” (Mujaddid’s Crew)
Semoga bermanfa'at.
Inspired :Artikel hadiah dari rekan santriwati.