Sejak bulan Juni tahun ini hingga saat ini, bermula dari nyasar di ffi selanjutnya menuntun saya pada answeringffi dan berlanjut pada web, blog tentang theologi selanjutnya saya juga menemukan paham aeng-aeng yang terjadi dalam tubuh Islam sendiri. Membaca perdebatan, diskusi, hingga caci maki yang terjadi sungguh mengasyikkan, namun pada akhirnya sayapun bertanya dlam hati, untuk apa ? mengapa ? Sehingga saya pun merasa perlu membaca, menganalisa dengan senantiasa berusaha menyerahkan sepenuhnya pada AllahSubhanahu Tabaroka Wa Ta’ala, saya hendak mengingatkan diri sendiri mengenai komitmen saya membangun blog ini.
1. Dari Mengejek Menjadi Mengajak
2. Dari Share Menjadi Care
3. Dari Debat (Mujadalah) Menjadi Introspeksi (Muhasabah)
Dari Mengejek Menjadi Mengajak
Firman Allah SWT dalam Al-Qur’an Al Karim yang insyaallah kurang lebih artinya :
Lalu kamu menjadikan mereka buah ejekan, sehingga (kesibukan) kamu mengejek mereka, menjadikan kamu lupa mengingat Aku, dan adalah kamu selalu mentertawakan mereka, (QS. Al Mu’minun : 110)
Jika melihat konteks ayat secara keseluruhan, ayat di atas sebenarnya ditujukan untuk orang orang yang mengingkari ayat-ayat Allah SWT. Namun jika kita umat muslim membalas ejekan mereka secara berlebihan dikhawatirkan akan menimbulkan takabbur, ujub dan bangga diri. Jika sudah demikian maka berhasillah rencana para musuh Islam untuk melemahkan islam dari dalam, berhasillah mereka menjauhkan muslim dari akhlaq Al-Qur’an. Lalu apa beda kita dengan mereka ?
Dari Share Menjadi Care
Diskusi/ debat terkadang malah menambah masalah, namun tidak bagi mereka yang selalu bisa memandang bahwa segala sesuatu pasti ada hikmah. Diperlukan pengetahuan anthropologi, sosial sehingga kita mulai mengenal latar belakang, frame reference dan frame experience seseorang yang kita ajak berbagi, dengan demikian kita mulai memahami "siapa berkata apa" selanjutnya pahami pula "mengapa ia mengatakannya" insyaallah kita akan segera mengetahui jawaban apa yang harus disampaikan sesuai kadar ilmu dan imannya.
Firman Allah SWT dalam Al-Qur’an Al Karim yang insyaallah kurang lebih artinya :
Lalu kamu menjadikan mereka buah ejekan, sehingga (kesibukan) kamu mengejek mereka, menjadikan kamu lupa mengingat Aku, dan adalah kamu selalu mentertawakan mereka, (QS. Al Mu’minun : 110)
Jika melihat konteks ayat secara keseluruhan, ayat di atas sebenarnya ditujukan untuk orang orang yang mengingkari ayat-ayat Allah SWT. Namun jika kita umat muslim membalas ejekan mereka secara berlebihan dikhawatirkan akan menimbulkan takabbur, ujub dan bangga diri. Jika sudah demikian maka berhasillah rencana para musuh Islam untuk melemahkan islam dari dalam, berhasillah mereka menjauhkan muslim dari akhlaq Al-Qur’an. Lalu apa beda kita dengan mereka ?
Dari Share Menjadi Care
Diskusi/ debat terkadang malah menambah masalah, namun tidak bagi mereka yang selalu bisa memandang bahwa segala sesuatu pasti ada hikmah. Diperlukan pengetahuan anthropologi, sosial sehingga kita mulai mengenal latar belakang, frame reference dan frame experience seseorang yang kita ajak berbagi, dengan demikian kita mulai memahami "siapa berkata apa" selanjutnya pahami pula "mengapa ia mengatakannya" insyaallah kita akan segera mengetahui jawaban apa yang harus disampaikan sesuai kadar ilmu dan imannya.
Firman Allah Subhanahu Tabaroka Wa Ta'ala insyaallah kurang lebih artinya :
Katakanlah: "Apakah kamu memperdebatkan dengan kami tentang Allah, padahal Dia adalah Tuhan kami dan Tuhan kamu; bagi kami amalan kami, dan bagi kamu amalan kamu dan hanya kepada-Nya kami mengikhlaskan hati, (QS. Al-Baqarah :139)
Maka karena itu serulah (mereka kepada agama ini) dan tetaplah[*] sebagai mana diperintahkan kepadamu dan janganlah mengikuti hawa nafsu mereka dan katakanlah: "Aku beriman kepada semua Kitab yang diturunkan Allah dan aku diperintahkan supaya berlaku adil diantara kamu. Allah-lah Tuhan kami dan Tuhan kamu. Bagi kami amal-amal kami dan bagi kamu amal-amal kamu. Tidak ada pertengkaran antara kami dan kamu, Allah mengumpulkan antara kita dan kepada-Nyalah kembali (kita)". (QS ASy-Syura : 15)
[*] Maksudnya : tetaplah dalam agama dan lanjutkanlah berda'wah.
Dari Debat (Mujadalah) Menjadi Introspeksi (Muhasabah)
Jika berdebat dengan umat agama lain :
Maka yang perlu diingat adalah Firman Allah Azza Wa Jalla, insyaallah kurang lebih artinya :
Dan janganlah kamu berdebat denganAhli Kitab, melainkan dengan cara yang paling baik, kecuali dengan orang-orang zalim di antara mereka [*], dan katakanlah: "Kami telah beriman kepada (kitab-kitab) yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepadamu; Tuhan kami dan Tuhanmu adalah satu; dan kami hanya kepada-Nya berserah diri". (QS. Al Ankabut : 46)
[*]. Yang dimaksud dengan orang-orang yang zalim ialah: orang-orang yang setelah diberikan kepadanya keterangan-keterangan dan penjelasan-penjelasan dengan cara yang paling baik, mereka tetap membantah dan membangkang dan tetap menyatakan permusuhan.
Kita hanya sekedar menyampaikan, selanjutnya hidayah (petunjuk) adalah hak Allah Azza Wa Jalla, sesuai firman-Nya, insyaallah kurang lebih artinya :
Kemudian jika mereka mendebat kamu (tentang kebenaran Islam), maka katakanlah: "Aku menyerahkan diriku kepada Allah dan (demikian pula) orang-orang yang mengikutiku". Dan katakanlah kepada orang-orang yang telah diberi Al Kitab dan kepada orang-orang yang ummi [*]: "Apakah kamu (mau) masuk Islam". Jika mereka masuk Islam, sesungguhnya mereka telah mendapat petunjuk, dan jika mereka berpaling, maka kewajiban kamu hanyalah menyampaikan (ayat-ayat Allah). Dan Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya. (QS. Ali Imran : 20)
[*]. Ummi artinya ialah orang yang tidak tahu tulis baca. Menurut sebagian ahli tafsir yang dimaksud dengan ummi ialah orang musyrik Arab yang tidak tahu tulis baca. Menurut sebagian yang lain ialah orang-orang yang tidak diberi Al Kitab.
Jika berdebat dengan sesama Muslim :
Berusaha untuk tidak menganggap diri sendiri lebih pintar, berusaha mengkritisi namun bukan sekedar mencari sensasi tapi lebih pada untuk saling mengisi dan menasehati. Allah SWT berfirman yang insyaallah kurang lebih artinya :
Sesungguhhnya orang-orang yang memperdebatkan tentang ayat-ayat Allah tanpa alasan yang sampai kepada mereka [*] tidak ada dalam dada mereka melainkan hanyalah (keinginan akan) kebesaran yang mereka sekali-kali tiada akan mencapainya, maka mintalah perlindungan kepada Allah. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (QS. Al Mu’min :56)
[*]. Maksudnya mereka menolak ayat-ayat Allah tanpa alasan yang datang kepada mereka.
Jika berdebat dengan umat agama lain :
Maka yang perlu diingat adalah Firman Allah Azza Wa Jalla, insyaallah kurang lebih artinya :
Dan janganlah kamu berdebat denganAhli Kitab, melainkan dengan cara yang paling baik, kecuali dengan orang-orang zalim di antara mereka [*], dan katakanlah: "Kami telah beriman kepada (kitab-kitab) yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepadamu; Tuhan kami dan Tuhanmu adalah satu; dan kami hanya kepada-Nya berserah diri". (QS. Al Ankabut : 46)
[*]. Yang dimaksud dengan orang-orang yang zalim ialah: orang-orang yang setelah diberikan kepadanya keterangan-keterangan dan penjelasan-penjelasan dengan cara yang paling baik, mereka tetap membantah dan membangkang dan tetap menyatakan permusuhan.
Kita hanya sekedar menyampaikan, selanjutnya hidayah (petunjuk) adalah hak Allah Azza Wa Jalla, sesuai firman-Nya, insyaallah kurang lebih artinya :
Kemudian jika mereka mendebat kamu (tentang kebenaran Islam), maka katakanlah: "Aku menyerahkan diriku kepada Allah dan (demikian pula) orang-orang yang mengikutiku". Dan katakanlah kepada orang-orang yang telah diberi Al Kitab dan kepada orang-orang yang ummi [*]: "Apakah kamu (mau) masuk Islam". Jika mereka masuk Islam, sesungguhnya mereka telah mendapat petunjuk, dan jika mereka berpaling, maka kewajiban kamu hanyalah menyampaikan (ayat-ayat Allah). Dan Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya. (QS. Ali Imran : 20)
[*]. Ummi artinya ialah orang yang tidak tahu tulis baca. Menurut sebagian ahli tafsir yang dimaksud dengan ummi ialah orang musyrik Arab yang tidak tahu tulis baca. Menurut sebagian yang lain ialah orang-orang yang tidak diberi Al Kitab.
Jika berdebat dengan sesama Muslim :
Berusaha untuk tidak menganggap diri sendiri lebih pintar, berusaha mengkritisi namun bukan sekedar mencari sensasi tapi lebih pada untuk saling mengisi dan menasehati. Allah SWT berfirman yang insyaallah kurang lebih artinya :
Sesungguhhnya orang-orang yang memperdebatkan tentang ayat-ayat Allah tanpa alasan yang sampai kepada mereka [*] tidak ada dalam dada mereka melainkan hanyalah (keinginan akan) kebesaran yang mereka sekali-kali tiada akan mencapainya, maka mintalah perlindungan kepada Allah. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (QS. Al Mu’min :56)
[*]. Maksudnya mereka menolak ayat-ayat Allah tanpa alasan yang datang kepada mereka.
Selanjutnya hanya satu ayat yang bisa mewakili semua komitmen ini dalam berda'wah, insyaalah kurang lebih artinya :
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah [*] dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.(QS. An Nahl :125)
[*] Hikmah: ialah perkataan yang tegas dan benar yang dapat membedakan antara yang hak dengan yang bathil.
[*] Hikmah: ialah perkataan yang tegas dan benar yang dapat membedakan antara yang hak dengan yang bathil.

(1) Demi masa. (2) Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, (3) kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran. (QS Al Ashr : 1-3)
Maha Benar Allah dengan sega firman-firmannya.
Semoga bermanfa'at.