Alhamdulillah segala puji bagi Allah Subhanahu Tabaroka Wa Ta'ala. Shoolawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan atas Baginda Rasulullah Muhammad SAW.
Al-Qur’an adalah wahyu Illahi, telah diturunkan kepada Nabi Shalallahu 'Alaihi Wa Alihi Wa Sallama sebagai penerang, petunjuk dan pedoman serta rahmat yang kekal abadi sampai hari akhir nanti sekaligus menjadi mu'jizat dan bukti kebenaran risalah Rasulullah SAW. Dimana ketika mu'jizat-mu'jizat sebelumnya sirna ditelan masa, musnah digilas perputaran roda zaman, terkubur bersama wafatnya para Rasul pembawanya, Tetapi Al-Qur’an tetap tegak memancarkan nur Illahi ke seluruh persada bumi. Al-Qur’an merupakan pusaka.
Al-Qur’an adalah wahyu Illahi, telah diturunkan kepada Nabi Shalallahu 'Alaihi Wa Alihi Wa Sallama sebagai penerang, petunjuk dan pedoman serta rahmat yang kekal abadi sampai hari akhir nanti sekaligus menjadi mu'jizat dan bukti kebenaran risalah Rasulullah SAW. Dimana ketika mu'jizat-mu'jizat sebelumnya sirna ditelan masa, musnah digilas perputaran roda zaman, terkubur bersama wafatnya para Rasul pembawanya, Tetapi Al-Qur’an tetap tegak memancarkan nur Illahi ke seluruh persada bumi. Al-Qur’an merupakan pusaka.
Akankah Sekedar Jadi Pajangan ?
Sementara itu didepan kita menari kehidupan modern dengan berbagai warna-warninya, maka apakah seharusnya yang kita perbuat sebagai umat yang mempunyai pedoman dalam kehidupan ini ? Akankah kita membiarkan Al-Qur’an menjadi hiasan dalam almari saja ? Tentu saja tidak ! Jika sudah mempunyai Al-Qur’an, hendaklah kita baca jangan hanya disimpan, karena ada sebagian orang yang menganggap Al-Qur’an itu kitab suci, maka untuk menghormatinya adalah cukup dengan membungkusnya baik-baik dan disimpan di dalam almari lantas tidak pernah dibaca, dan baru dibaca jika ada tetangga yang meninggal, misalnya. Hal ini merupakan suatu sikap yang keliru, Al-Qur’an itu hendaklah dibaca menurut kemampuan kita, bukan pula baru dibaca kalau sudah berkemampuan seperti Qori’ Internasional. Karena sesuai dengan firman Allah yang kurang lebih artinya :”Bacalah apa yang mudah bagimu dari Al-Qur’an..”(Q.S Al-Muzammil : 20).
Satu Muslim Satu Mushaf
Sudah lama Al-Qur’an dicetak dan tersebar di masyarakat, tetapi kenyataan masih banyak diantara kita yang belum memilikinya setidak-tidaknya satu mushaf saja, syukur per anggota keluarga memiliki satu mushaf. Sehingga diharapkan saat-saat tertentu dapat melakukan tadarus secara bersamaan dalam satu keluarga, sebagaimana dicontohkan Guru kita yang selalu istiqomah tadarus ba’da maghrib bersama keluarga.
Hiasi Rumah Dengan Bacaan Al Qur'an
Membaca Al-Qur’an itu sangat besar fadhilahnya, selain pahala bagi yang membaca dan orang yang mau mendengarkan, juga menenangkan jiwa, apalagi dalam kehidupan modern ini, penuh dengan kegelisahan dan membuat hati putus asa selalu, walau betapa beratnya keadaan yang dihadapi marilah kita biasakan dirumah kita membaca Al-Qur’an. Karena rumah yang selalu dihiasi dengan alunan suci Al-Qur’an akan terlihat bercahaya.
“Omah kang dipanggoni kanggo moco Al-Qur’an iku katon marang ahli langit koyo katone lintang-lintang marang ahli bumi (podo mungguh mencoronge)”.(Riwayat Baihaqi dari Aisyah RA).
“Omah kang dipanggoni kanggo moco Al-Qur’an iku katon marang ahli langit koyo katone lintang-lintang marang ahli bumi (podo mungguh mencoronge)”.(Riwayat Baihaqi dari Aisyah RA).
Hafalkan, Satu Hari Satu Ayat.
Baik sekali jika awalnya bisa istiqomah membaca kemudian terbersit niat untuk menghapalnya, tentunya sesuai dengan kadar kemampuan yang dimiliki, dan waktu membacanya pun harus diperhatikan, yaitu cara menghormati kita terhadap Al-Qur’an (adab membaca). Misalnya harus suci dari hadas, berpakaian yang rapi, ditempat yang bersih. Karena hal seperti itu sering tidak kita perhatikan, salah satu contoh posisi /sikap ketika membaca harus tahu menghadap ke arah mana, sehingga kita nanti bukannya mendapat barokah dari Al-Qur’an, tetapi justru kita mendapat laknat dari Al-Qur’an … naudzu billah min dzalik ! Dan khusus bagi teman-teman yang tabarukan Tahafudhul Qur’an, marilah kita ingat pesan Abah Syeikh, ”Memang orang yang hafal Al-Qur’an bisa memberikan syafaat pada 40 orang yang sudah ditetapkan masuk neraka, tetapi ingat, orang yang hafal Al-Qur’an-lah yang pertama kali akan masuk neraka, bila tidak bisa menjaganya.” Sekali lagi, inilah metode Abah untuk bersikap proporsional, di satu sisi beliau memotivasi kita untuk menghafal Al Qur'an karena fadhilahnya, disisi lain beliau mengingatkan khufadz (para penghafal Al Qur'an) untuk berintrospeksi diri agar selalu menjaganya, menjaga hafalan, menjaga pengamalan.
Analisa, Amalkan
Tidak lengkap rasanya, apabila Al-Qur’an hanya dibaca saja, karena Al-Qur’an perlu kita ketahui isinya, seayat demi seayat ditelaah dengan baik. Kalau kita di Pondok Pesantren Insya Allah, dengan cara selalu aktif mengikuti pengajian Abah khususnya pengajian tafsir ba’da subuh akan bisa mengerti kandungan isi Al-Qur’an. Itulah waktu terbaik yang dipilih Abah untuk mengaji Al-Qur’an, menerima ilmu Al-Qur’an dimana pada pagi hari kita belum dipakai kegiatan macam-macam, tetapi pikiran kita langsung dimasuki ajaran dari Al-Qur’an. Padahal kita tahu bahwa sesuatu yang diawali dengan sesuatu yang baik seterusnya kita akan berpikir berdasar awal kita mulai, starting point sangat menentukan untuk langkah selanjutnya.
Sediakanlah waktu sejenak pada malam hari untuk menelaah, berpikir dan menghitung apa saja yang telah kita lakukan selama seharian, mencoba menghitung nikmat yang telah diberikan oleh Allah. Walaupun pada akhirnya kita tidak berhasil menghitung.
Tentunya kita pun pasti tak ingin jika hanya sebatas mampu membaca Al-Qur’an yang indah gaya bahasanya itu bukan ? Ibarat penyelam, sewajarnya kitapun berminat menembus di kedalaman untuk mencari mutiara yang indah berharga di dasar samudra yang tidak ada batasnya. Kita berhasrat sekali untuk mengetahui kandungan Al-Qur’an yang tersurat maupun tersirat. Yang dengan upaya seperti itu kaum muslimin pernah meraih kejayaan dan kegemilangan dalam sejarah mereka.
Sabda Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wa Alihi Wa Sallama : “Sebaik-baiknya orang diantara kamu adalah orang yang mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya.” (HR. Bukhari). Demikian Nabi SAW menyifati seorang Muslim yang mau mendalami Al-Qur’an dengan keseriusan sebagai manusia yang istimewa. Orang yang belajar dan mengajarkan dipandang sama-sama mulianya. Sewajarnya, sebab dengan usaha seperti itulah risalah suci Islam akan tetap lestari.
Mempelajari Al-Qur’an dengan segala kesungguhan berarti kita telah mensyukuri salah satu nikmat Allah terbesar. Hanya karena kekerasan hati saja, manusia berani mengabaikan serta meminggirkan posisi Al-Qur’an dalam pergulatan kehidupan. Nah, agar hal itu tidak sampai terjadi, jauh-jauh hari Rasululah SAW mengingatkan umatnya agar menyelami kitabullah menurut kadar kemampuan masing-masing dengan maksimal. Nabi SAW bersabda :”Sesungguhnya Al-Qur’an ini adalah hidangan Allah, maka pelajarilah hidangan Allah tersebut dengan kemampuannya.”
Sediakanlah waktu sejenak pada malam hari untuk menelaah, berpikir dan menghitung apa saja yang telah kita lakukan selama seharian, mencoba menghitung nikmat yang telah diberikan oleh Allah. Walaupun pada akhirnya kita tidak berhasil menghitung.
Tentunya kita pun pasti tak ingin jika hanya sebatas mampu membaca Al-Qur’an yang indah gaya bahasanya itu bukan ? Ibarat penyelam, sewajarnya kitapun berminat menembus di kedalaman untuk mencari mutiara yang indah berharga di dasar samudra yang tidak ada batasnya. Kita berhasrat sekali untuk mengetahui kandungan Al-Qur’an yang tersurat maupun tersirat. Yang dengan upaya seperti itu kaum muslimin pernah meraih kejayaan dan kegemilangan dalam sejarah mereka.
Sabda Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wa Alihi Wa Sallama : “Sebaik-baiknya orang diantara kamu adalah orang yang mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya.” (HR. Bukhari). Demikian Nabi SAW menyifati seorang Muslim yang mau mendalami Al-Qur’an dengan keseriusan sebagai manusia yang istimewa. Orang yang belajar dan mengajarkan dipandang sama-sama mulianya. Sewajarnya, sebab dengan usaha seperti itulah risalah suci Islam akan tetap lestari.
Mempelajari Al-Qur’an dengan segala kesungguhan berarti kita telah mensyukuri salah satu nikmat Allah terbesar. Hanya karena kekerasan hati saja, manusia berani mengabaikan serta meminggirkan posisi Al-Qur’an dalam pergulatan kehidupan. Nah, agar hal itu tidak sampai terjadi, jauh-jauh hari Rasululah SAW mengingatkan umatnya agar menyelami kitabullah menurut kadar kemampuan masing-masing dengan maksimal. Nabi SAW bersabda :”Sesungguhnya Al-Qur’an ini adalah hidangan Allah, maka pelajarilah hidangan Allah tersebut dengan kemampuannya.”
att : mohon maaf jika sumber dari beberapa hadits
di atas belum saya konfirmasi kembali dengan menuliskan nama kitab dan
teks arabnya, tidak lebih dikarenakan keterbatasan waktu.
Semoga bermanfa'at.