Pagi itu, Si kembar Kliwir dan Klowor menuntun dua ekor kambing. Katanya sih buat acara nanti malam, biasalah….. di Pesantren mereka, bila ada jama'ah yang nitip untuk aqiqah.
Nyampe di belakang, Ustadz Mu’adz datang sambil bawa parang. Tapi sang Ustadz tidak langsung nyembelih tuh leher kambing, beliau mengasah dulu parangnya biar tajam. Melihat Kliwir dan Klowor megangin kambing, Ustadz Mu’adz mengingatkan, "Kalian masih ingat khan kata dokter kemarin, kalian berdua tuh punya penyakit darah tinggi ! Berbahaya kalo entar malem kalian ikut makan gule kambing, bisa kumat. Gawat !! Dokter juga bilang, kalian hanya boleh makan sayur-sayuran dan daging binatang yang bisa berenang atau yang bisa terbang, kan ?!”.
Sehabis berkata gitu, Sang Ustadz tengok sana tengok sini seperti lupa akan sesuatu, lalu ia balik lagi ke gota’an (kamar). Sesampai di gota’an, ada seorang santri yang lari tergopoh-gopoh sambil melapor, “Gawat Ustadz !! Kang Kliwir ama Kang Klowor bawa kabur kambingnya! Tuh di kolam belakang!”
Kontan aja Sang Ustadz kaget dan menduga dua santri ‘nyleneh’ itu pasti ngambek mendengar peringatannya barusan, ia pun langsung lari ke belakang, takut kambingnya diapa-apain. Namun, apa yang dilihatnya sesampai di kolam belakang benar-benar di luar dugaannya!
Kliwir berada di kolam sambil memegang perut kambing dan berteriak-teriak, “Ayo..!, latihan renang dong!”. Sementara Klowor berada di atas pohon berteriak keras kepada kambing yang satu lagi, “Pokoknya kali ini kamu harus bisa terbang !!”. (***Weee-lha!).