Alhamdulillah, segala puji bagi Allah
Ta’ala yang telah menganugerahkan kita ummat Islam sebuah pusaka, Al Qur'an. Shalawat serta salam senantiasa kita haturkan pada
Kanjeng Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alahi Wa Sallama.
Al-Qur’an diturunkan Allah SWT dengan tajwid dan setiap ummat muslim diperintahkan membacanya dengan tajwid pula. Setiap penyimpangan dari ketentuan tajwid disebut lahn atau salah. Para’Ulama Qiro’at telah sepakat bahwa membaca Al-Qur'an tanpa tajwid sebagai suatu Lahn. Lahn menurut pengertian bahasa adalah satu kesalahan dan menyimpang dari kebenaran (al- Khatau wa l-maylu ‘anishshawaab). Imam Jalaluddin as-Suyuthiy menjelaskan bahwa ada dua Lahn yang mungkin terjadi pada orang yang membaca Al-Qur'an tanpa tajwid :
A. Kesalahan Yang Jelas/ Lahnul Jalii ( اَللَّحْنُ الْجَلِىُّ ), yaitu
“Salah dalam pengucapan lapal sehingga rusak menurut teori bacaan baik merusak makna atau tidak seperti berubah huruf atau harokat”
Lahnul Jalii yang dapat mengubah makna ialah:
1. Bergantinya suatu huruf dengan huruf lain
( اِبْدَالُ حَرْفٍ بِحَرْفٍ ) ibdalu harfin biharfin
Contoh:
وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ....
"....dan mudah-mudahan kamu bersyukur" (Qs. Al-Jatsiyah: 12)
ApahiIa lafadz “tasykurun” pake syin (ش) berubah menjadi “taskurun” pake sin (س) maka artinya berubah menjadi “ ... dan mudah-mudahan kamu mabuk”.
2. Bergantinya suatu harakat dengan harakat lain
( اِبْدالُ حَرَكَةٍ بِحَرَكَةٍ ) ibdalu harokatin biharokatin
Contoh :
ApahiIa lafadz “tasykurun” pake syin (ش) berubah menjadi “taskurun” pake sin (س) maka artinya berubah menjadi “ ... dan mudah-mudahan kamu mabuk”.
2. Bergantinya suatu harakat dengan harakat lain
( اِبْدالُ حَرَكَةٍ بِحَرَكَةٍ ) ibdalu harokatin biharokatin
Contoh :
....صِرَاطَ الَّذِينَ أَنعَمتَ
عَلَيهِمْ
"(yaitu) jalan orang-orang yang telah engkau anugerahkan nikmat kepada mereka.. " (Qs. Al-Fatihah:7)
Apabila lafazh “an’amta” dimana huruf ta’nya difathah (تَ) koq malah dibaca “an’amtu” ta’nya jadi didhomah (تُ) maka dhamirnya berubah jadi ana اَنَا (aku), sehingga artinya akan menjadi: “ (yaitu) orang-orang yang telah aku anugerahkan nikmat kepada mereka.”
3. Bertambah atau berkurangnya huruf
( زِيَادَةُ اَو نُقْصَانُ الْحُرُوْف ) ziyadatu aw nuqshonul huruf
Contoh: اَنْعَمْتَ (an’amta) dibaca اَنَمْتَ (anamta) >>> minus ع ‘ain
اَنْعَمْتَ (an’amta) dibaca اَنْعَمْتَهْ (an’amtah) >>> plus ﻫ hha
Adapun Lahnul Jalii yang tidak mengubah makna contohnya ialah lafadz :
(alhamdulillahi) malah dibaca (alhamdulillahu) >>> hha kasroh malah dibaca fathah
(lam yalid wa lam yuulad) malah dibaca (lam yalid wa lam yuuladu) >>> dal sukun malaha dibaca dhomah
Walaupun tidak mengubah makna, keduanya tergolong Lahnul Jalii yang haram hukumnya dilakukan. (Penggunaan istilah hukum dalam ‘ilmu tajwid insya-Allah akan menjadi pembahasan berikutnya)
B. Kesalahan Yang Tersembunyi/ Lahnul Khofii ( اَللَّحْنُ الْخَفِىُّ ) ,yaitu
Apabila lafazh “an’amta” dimana huruf ta’nya difathah (تَ) koq malah dibaca “an’amtu” ta’nya jadi didhomah (تُ) maka dhamirnya berubah jadi ana اَنَا (aku), sehingga artinya akan menjadi: “ (yaitu) orang-orang yang telah aku anugerahkan nikmat kepada mereka.”
3. Bertambah atau berkurangnya huruf
( زِيَادَةُ اَو نُقْصَانُ الْحُرُوْف ) ziyadatu aw nuqshonul huruf
Contoh: اَنْعَمْتَ (an’amta) dibaca اَنَمْتَ (anamta) >>> minus ع ‘ain
اَنْعَمْتَ (an’amta) dibaca اَنْعَمْتَهْ (an’amtah) >>> plus ﻫ hha
Adapun Lahnul Jalii yang tidak mengubah makna contohnya ialah lafadz :
(alhamdulillahi) malah dibaca (alhamdulillahu) >>> hha kasroh malah dibaca fathah
(lam yalid wa lam yuulad) malah dibaca (lam yalid wa lam yuuladu) >>> dal sukun malaha dibaca dhomah
Walaupun tidak mengubah makna, keduanya tergolong Lahnul Jalii yang haram hukumnya dilakukan. (Penggunaan istilah hukum dalam ‘ilmu tajwid insya-Allah akan menjadi pembahasan berikutnya)
B. Kesalahan Yang Tersembunyi/ Lahnul Khofii ( اَللَّحْنُ الْخَفِىُّ ) ,yaitu
“Salah dalam pengucapan (lafal) sehingga merusak menurut teori bacaan tapi tidak merusak makna ayat seperti meninggalkan ghunnah, memendekkan yang panjang dan memanjangkan yang pendek”
Maksud pengertian tersebut adalah kesalahan yang terjadi pada ketentuan tajwid yang tidak sampai merusak huruf atau makna ayat seperti pelanggaran dari hukum huruf, kurang dalam memberikan ghunnah atau kurang dalam memberikan ukuran mad dan sebagainya.
Maksud pengertian tersebut adalah kesalahan yang terjadi pada ketentuan tajwid yang tidak sampai merusak huruf atau makna ayat seperti pelanggaran dari hukum huruf, kurang dalam memberikan ghunnah atau kurang dalam memberikan ukuran mad dan sebagainya.
Kesalahan yang seperti ini tidak dapat diketahui dengan mudah oleh umum kecuali bagi yang telah menguasai ilmu tajwid dan tajam pendengarannya. Oleh karena itu ia disebut kesalahan yang tersenbunyi atau ringan, selain itu memang tidak sampai merusak makna ayat. Kesalahan yang ringan ini hukumnya tidaklah haram tapi merupakan satu cacad atau aib dalam bacaan dan bagi pembaca hal tersebut harus dihindari.
Diantara kesalahan yang tergolong sebagai Lahnul Khofii adalah:
- Membaca dhommah dengan suara antara dhommah dan fathah, s eperti membaca dhommahnya lafazh “اَنْتُمْ” (antum) dan “ عَلَيْكُمْ “ (‘alaikum) dengan suara antara dhommah dan fathah (menjadi >>> antoum ; ‘alaikoum)
- Membaca kasroh dengan suara antara kasroh dan fathah, seperti membaca kasrahnya lafazh “بِهٖ“ (bih) dan "عَلَيْهِمْ" (‘alaihim) dengan suara antara kasrah dan fathah (menjadi>>> beih ; ‘alaiheim)
- Menghilangkan dengung lafazhyang seharusnya dibaca dengung atau sebaiiknya, termasuk juga menambah atau mengurangi ukuran dengung suatu bacaan.
- Menghilangkan ghunnah lafazh yang seharusnya dibaca ghunnah,
menambah atau mengurangi ukuran ghunnah suatu bacaan' - Menggetarkan (takrir) huruf Ra' (ر ) secara berlebihan atau sebaliknya.
- Menebalkan (taghlizh) suatu huruf lam (ل ) tidak pada tempatnya
- Menambah atau mengurangi ukuran Mad suatu bacaan.
===========================
Talaqqi : metode mempelajari Al Qur’an secara langsung dengan guru. Seorang murid bertemu dan berhadapan langsung dengan gurunya, sehingga ia tidak hanya mendengar lafadz Al Qur’an yang diucapkan oleh sang guru tetapi juga melihat langsung bagaimana sang guru melafadzkan dari lisannya. Pertemuan dan penerimaan secara langsung inilah yang menjadi inti dari Talaqqi. Talaqqi ini merupakan metode yang paling utama dan dianjurkan dalam mempelajari tajwid.
Bahasan lebih lengkap tentang “lahn” beserta contoh2nya dapat dilihat dalam kitab “Nihayatul Qouli Mufid, halaman 23-24.
Talaqqi : metode mempelajari Al Qur’an secara langsung dengan guru. Seorang murid bertemu dan berhadapan langsung dengan gurunya, sehingga ia tidak hanya mendengar lafadz Al Qur’an yang diucapkan oleh sang guru tetapi juga melihat langsung bagaimana sang guru melafadzkan dari lisannya. Pertemuan dan penerimaan secara langsung inilah yang menjadi inti dari Talaqqi. Talaqqi ini merupakan metode yang paling utama dan dianjurkan dalam mempelajari tajwid.
Bahasan lebih lengkap tentang “lahn” beserta contoh2nya dapat dilihat dalam kitab “Nihayatul Qouli Mufid, halaman 23-24.
Semoga bermanfa'at