:: Cerita Sebelumnya : Metamorfosa 1 : Larva
===========================================
Ilustration Of Metamorfosa |
"Gue cukup nyadar diri, emang siapa gue koq berani beraninya terjerat cinta Vie3? sinetrooon kaleee...!", kilahnya suatu sore saat bersama Uzai-Gi, Buddy dan Huuda yang asyik bercerita tentang segala asa dan masa depan mereka, cinta dan cita.
"Hahay... siapa juga yang nanyain nama itu? Kami kan cuman pingin tahu~ gimana kabar gadis impianmu itu... kirain kamu mau jawab kabarnya mbakyu Xittie. Eaaalah... malah nama itu yang kau sebut, Kang!. Gyahahaha... cape deee." tampak Uzai-Gi berseringai puas atas pertanyaan jebakannya.
"Man ahabba yuksiru dzikruhu. Siapa yang mencintai sesuatu akan banyak menyebut nama itu! Bwahahaha... akui ajah, Kang. Kita bisa jaga rahasia koq." seloroh Buddy sambil sibuk mengobati bahu yang terserang panu.
Huuda yang sedari tadi ngos-ngosan melakukan push-up langsung berhenti dan menimpali, "Tapi ingat kawan, ar rijal bilaa fulus mamfus *) lelaki tanpa fulus bakal mampus. Jiahaha... makanya cari kerja dulu, Kang. Sainganmu berat loh... Ustadz Aari!"
"Aaah... kampreth kalian! Ngarit dulu ah..." Exach mulai mengalihkan perhatian, "Awas! kalian nggak boleh ikut, ini tugas khusus dari Abah untuk gueh. Kalian harus ngaji, tuh sudah jam empat seperempat, kurang seperempat lagi. Dah... pada mandi sono!" Ketiga kawannya itupun bubar sambil masih menahan tawa, mereka bertiga adalah teman satu gota'an**) Exach.
Saat ngarit adalah saat yang tepat untuk mencuri pandang gadis impiannya, Vie3. Kandang ternak letaknya berseberang jalan dengan gedung TPQ (Taman Pendidikan Al Qur'an) dimana setiap sore pukul 15.30 - 17.00 Ustadzah Vie3, Ustadzah Xittie dan Ustadzah Maiyha tabarukkan***) bersama anak anak dari kampung sebelah.
Saat ngarit adalah saat yang tepat untuk mencuri pandang gadis impiannya, Vie3. Kandang ternak letaknya berseberang jalan dengan gedung TPQ (Taman Pendidikan Al Qur'an) dimana setiap sore pukul 15.30 - 17.00 Ustadzah Vie3, Ustadzah Xittie dan Ustadzah Maiyha tabarukkan***) bersama anak anak dari kampung sebelah.
Pesantren mereka terbilang kecil, belum memiliki pendidikan formal setingkat SD, SMP, SMU, lebih lebih Universitas, yang ada baru RA (Roudhotul Athfal) dan TPQ itu. Jika pada Pesantren besar pendidikan hanya ansich dilakukan di dalam, maka tidak untuk Pesantren kecil, Pesantren hanya untuk mengaji sedangkan pendidikan formal dilakukan di luar. Untuk Pesantren kecil, santrinya campur aduk, maka tak heran jika teman teman Exach ada yang mondok sambil sekolah, kuliah, sambil nguli, kerja, sambil mengajar. Jikapun sudah berkeluarga biasanya mereka memilih nge-kost atau mencari rumah yang dekat dengan Pesantren agar bisa tetap mengaji walaupun jadi santri kalong. ****) Abah mengajar sehari hanya 3 kali, ba'da Shubuh, ba'da Ashar, dan ba'da Isya'. Selain waktu itu, santri santri melakukan muroja'ah sendiri, terkadang juga santri senior diberi amanah Abah untuk tabarukkan dengan santri yuniornya.
*****
Selepas mengaji ba'da Isya' itulah biasanya Exach mulai online, itupun nebeng pada teman santri yang masih kuliah dan tentu saja yang punya laptop. Semua santri pelajar dan mahasiswa berkumpul di serambi Masjid dari pukul 20.00 - 22.00 untuk belajar. Walalupun begitu, tidak jarang juga ada yang nyuri nyuri kesempatan untuk chattingan, atau bahkan sekedar guyonan. Dan Exach... mulai mengirim email pada Xhamaran91 tentu saja dengan niat menyelidiki.
"Assalamu'alaikum, sobat. Gimana kabar? Cuman mo nanya nih... jika elo ngasih tahu masa depan seseorang, bukankah elo malah mengacaukan kinerja semesta? bukankah justru berpotensi merubah jalannya sejarah?"
Tak berapa lama setelah disend, ternyata Xhamaran91 sedang online, dia membalas "Wa'alaikumsalam warohmatulloh... Buka FB! kita berkomunikasi langsung!"
Segera Exach membuka akun FBnya, ternyata sobat "maya"nya itu sudah menunggu dan dengan seksama dia membaca pesan langsung kawannya itu.
"Kamu tentu masih ingat dengan apa yang dilakukan pria misterius guru Nabi Musa a.s? bagaimana beliau menegakkan bangunan batu yang hampir roboh (Iqro'! QS Al Kahfi, 18: 77 dan 18:82)?!. Kamu tahu bangunan apa itu? itu adalah cube (ka'ba/ ka'bah), cube itu sejak dahulu dan sampai kapanpun akan menjadi poros dari earth ('Ardh/ Bumi). Penduduk yang bakhil itu adalah penduduk Europ ('Arab), dan anak yatim yang mewarisi 'harta karun' di bawah bangunan itu tentu saja adalah Nabi Muhammad SAW. Iqro'!"
Exach terperanjat dengan statement itu, tentu saja ia ingat dengan ayat tersebut namun bukan begitu tafsirannya. Nafasnya mulai memburu, jantungnya berdetak lebih cepat hingga membuat tangannya mengetik dengan lambat. "Lalu... apa hubungannya dengan gue, Xham? Apaaa...?"
"Itulah yang kami lakukan, kami tak merubah arah sejarah. Mungkin saja aktifitas kami ini bagian dari sejarah, seperti pria misterius yang terdokumentasi dalam ayat tersebut. Kamu harus tahu satu hal, bahwa nyawa Vie3 terancam."
Belum sempat Exach hendak menulis, "Apa urusannya dengan gueh?" keburu Xhamaran91 meneruskan.
"Jangan katakan pada siapapun percakapan kita selama ini. Generasi sebelum kami melakukan chatting 'virtual time' melalui gelombang suara, orang orang sepertimu di jaman dahulu mendengar suara suara misterius yang tidak didengar oleh orang lain. Tapi kami selalu berpesan : Jangan katakan pada siapapun! Kalau tidak mau dianggap pengidap Scizophrenia, kamu akan dituduh gila!."
Ma'af, bersambung... ;)
Catatan : CERITA DI ATAS HANYA FIKSI
*) ar rijal bilaa fulus mamfus = sekedar plesetan dari Bahasa Arab yang diartikan lelaki tanpa fulus bakal mampus.
**) gota'an = istilah dunia Pesantren untuk "kamar".
***) tabarukkan = ngalap berkah, untuk saat ini istilah ngalap berkah menjadi terdistorsi menjadi ngalap berkah terhadap kuburan, pohon dan tempat keramat lainnya. Padahal dimaksudkan untuk ngalap berkah terhadap keberkahan 'ilmu yang dikaji, Al Qur'an.
****) santri kalong = santri yang tidak bermukim di asrama, namun mengikuti semua/ sebagian aktivitas kegiatan Pesantren.