Kosong bukan karena tanpa isi
Kosong karena kita belum bisa melihatnya
Ketika mata raga tak bisa meraba,
saatnya meraba dengan mata hati.
Banyak cara untuk mengisi kekosongan.
Banyak cara untuk memahami kehampaan.
Laksana udara...
Yah... udara... kosong tapi berisi
Keberadaannya sulit ditemukan
Sulit dilihat, hanya mampu dirasakan
Tidak kemana mana, tapi ada dimana mana
Semua manusia merasa manfaatnya
Bahkan api butuh udara untuk tetap menyala
Dihirup oleh tukang kebun, pemanjat gunung, para pecinta alam, pecinta petualang, penulis puisi, penulis fiksi, sampai penulis plushstorie.
Dihirup oleh tukang sapu, pelajar, mahasiswa, guru, dosen, profesor, trainner, master bahkan pensiunan. Dihirup oleh taruna, jenderal bahkan purnawirawan.
Tidakkah kita bangga -jika-
tulisan kita laksana udara?
Dihirup oleh semua kalangan
dari orang yang mengaku bukan siapa siapa
sampai orang orang hebat dan luar biasa
Tidakkah kita bangga -jika-
tulisan kita laksana udara?
Namun, bersiaplah untuk dilupakan.
Karena tidak semua menyadarinya... kosong.