ilustration of "Metamorfosa 3 : Imago" |
Bagi yang males baca karena ingin segera blogwalking ke temen2 blogger lain, oke deh saya rangkumin. Tapi jangan nyesel loh kalo enggak baca secara keseluruhan, dijamin cuman bisa melongo doang... ha~ha~ha~ *jegrakin jambul punk rock*
Metamorfosa 1 ~ Larva:
Metamorfosa 2 ~ Chrysalis:
Sebenarnya bingung juga mo bikin cerita ini jadi happy ending atau bad ending, bad ending lebih menantang... cuman siapa sih yang mau berakhir dengan tragis, siapapun kita inginnya bahagia di akhir lah, husnul khotimah gituh :D. Sempet ragu juga waktu bikin yang seri pertama, takut. Maunya pingin menghidupkan semua karakter, namun entar bikin capek pembaca, nulisnya juga capek tauuuk. Akhirnya dengan berat hati banyak bagian cerita yang saya buang padahal sayang kan? udah capek2 ngetik juga,... Hufth! *nggaya*.
Setdah prolognya panjang amat, langsung deh simak, biasaaa, karena cerita ini akan banyak menyita waktu anda maka siapin kacang, kwaci, popcorn, dan jangan lupa apapun camilannya minumnya teh botol sosor :p
Oiya, masih ingat pesen Xhamaran91, kaaan?
Oke deh... Jreng jreeeeng, Bioskop Semesta segera dibuka....
Bismillahirrohmaanirrohiim.
Setdah prolognya panjang amat, langsung deh simak, biasaaa, karena cerita ini akan banyak menyita waktu anda maka siapin kacang, kwaci, popcorn, dan jangan lupa apapun camilannya minumnya teh botol sosor :p
Oiya, masih ingat pesen Xhamaran91, kaaan?
Oke deh... Jreng jreeeeng, Bioskop Semesta segera dibuka....
Bismillahirrohmaanirrohiim.
:: Metamorfosa 3 ~ Imago
Senja selalu membuat pemuda itu takut, gelap adalah kondisi yang membuatnya ia mengenang sebuah peristiwa suram. Suram karena ia tak bisa berbuat apa-apa atas sesuatu yang harusnya tidak terjadi, karena ia mengetahui... satu hal, m-a-s-a-d-e-p-a-n. "Harusnya gue tak di sini, pikirnya, harusnya dulu gue dengerin sobat maya gue si Xhamaran91"...
Exach miris mengingat peristiwa tiga bulan lalu, 1 tahun 9 bulan mengenal Xhamaran91 rasanya sudah cukup membuat dirinya tak perlu mengatakan sebuah rahasia dari segala rahasia. Yah seperti kata time traveller katrok itu, "Terkadang... dunia tak butuh pengetahuanmu, tapi aksimu".
*****
Gadis itu berhasil mencuri perhatian Exach, tapi tidak untuk hatinya. Xhittie Raxhuna Vibava, Ustadzah brilliant dan energik yang selalu kreatif saat tabarukkan bersama anak didiknya, santri TPQ. Seringkali Ustadzah satu ini menggunakan boneka sebagai sarana untuk mengajar, plushstories katanya. Namun Exach sadar, tidak mungkin cintanya terbagi apalagi jika harus mengkhianati temannya sendiri, Buddy.
Tapi... Ia juga masih tertatih mengumpulkan kepingan keberanian untuk menyatakan rasa pada gadis pujaannya, Vie3. Karena nyatanya ia juga menyadari bahwa bukan pernyataan indah dan rangkaian kata sastra saja yang dibutuhkan, tapi komitmen untuk mewujudkan. Ia bahkan heran pada dirinya sendiri, mengapa pada suatu waktu mengatakan "Orang yang gak gue suka, adalah orang yang suka ngejar ngejar gue," namun di lain hari ia juga mengatakan, "Gue lebih suka dikejar."
"Mereka akan datang... mereka akan membunuh puteri Abah, Ajeng Vie3!!!" Exach berteriak meronta ronta karena Budhy, Huuda dan Uzai-Gi memegang kuat kuat kedua tangan dan kakinya. Beberapa santri ikut menonton dan ada yang berbisik bisik kalau Exach mengidap Dissociative Identity Disorder (DID), atau pribadi ganda.
"Akhir akhir ini Kang Exach makin aneh, Ustadz. Sering cerita masalah Mujaddid, Avatar, terus apa tuh~ Mmmmmph... time traveller gituh." Terang Buddy pada Ustadz Aari, Lurah Pesantren.
"Iya... kadang ia berbicara sendiri, saat saya tanya sih katanya temen time travellernya itu sedang mencoba komunikasi dengannya lewat gelombang suara." tambah Huuda.
"Oiya... saya tadi membaca catatan di iphonenya, Ustadz. Mungkin bisa jadi bahan petunjuk" Uzay-Gi menyerahkan iphone milik Exach yang diketemukan di saku bajunya. Ustadz Aari mulai mambaca page terakhir yang kemungkinan dibaca Exach.
Sejenak Ustadz Aari terdiam, lalu tak henti hentinya bertasbih dan bertahmid dan sesekali membaca istighfar. "Lalu... apa hubungannya dengan Ajeng Vie3?."
Mendapat pertanyaan itu tentu saja tak ada satu santripun yang berani menjawab, karena mereka tahu bahwa Abah Roxhyd hendak menjodohkan Ustadz Aari dengan Ustadzah Vie3.
"Mereka akan dataaaaang...!!! Mereka akan membunuh Ajeng Vie3!!!," kembali Exach berteriak teriak.
"Untuk sementara, bawa Kang Exach ke ruang ihtisab. Kang Buudy dan Kang Huuda mohon bantuannya untuk menemaninya. Kang Uzai-Gi, hubungi Mbakyu Maiyha agar segera memberitahu kedua orang tua Kang Exach, mereka kan sepupuan." Kata Ustadz Aari memberi komando, "Saya akan sowan Abah Roxhyd dulu, untuk konsultasikan masalah ini."
Uzai-Gi memandang Buudy dan Huuda sambil memamerkan senyum gingsulnya. "Alhamdulillah... haha... Puteri Cahaya, i'm coming..." bisiknya lirih berbunga bunga. Hampir bersamaan Buddy dan Huuda mencibir, "Huuuuuuu...!!!"
*****
Senja selalu membuat pemuda itu takut, gelap adalah kondisi yang membuatnya ia mengenang sebuah peristiwa suram. Suram karena ia tak bisa berbuat apa-apa atas sesuatu yang harusnya tidak terjadi, karena ia mengetahui... satu hal, m-a-s-a-d-e-p-a-n. "Harusnya gue tak di sini, pikirnya, harusnya dulu gue dengerin sobat maya gue si Xhamaran91"... Yah harusnya Exach tidak menceritakan interaksinya dengan Xhamaran91 kepada teman temannya. Tiga bulan sudah ia menjadi pasien di sini, Ayahnya merekomendasi demikian karena tidak ingin merepotkan Abah Roxhyd, Pesantren dan para santri.
Waktu itupun Abah Roxhyd menyarankan pada orang tua Exach, bahwa putranya tidak perlu dibawa di Rumah Sakit Jiwa, anak itu hanya kecanduan online. Sesaat sebelum pamit dari Pesantren, Ustadz Aari pun menegaskan "Itulah mengapa di sini para santri dilatih untuk tidak kecanduan internet. Dunia maya berpotensi membuat seseorang menciptakan pribadi atau karakter yang tidak dimiliki atau tidak bisa diwuhudkannya di alam nyata, terlalu lama atau terlalu sering menyelami dunia maya akan membuat seseorang menjauh dari sosialisasi kehidupan nyata. Pembatasan bukan berarti pelarangan, Pak."
Exach saat itu tentu mendengar percakapan Ayahnya dengan Abah Roxhyd maupun dengan Ustadz Aari. "Tidaaak....!" teriak batinnya, "Bukan begitu!, Gue tahu itu... Gue tidak kecanduan online, Gue tau makna peraturan Pesantren, bahwa teknologi dijadikan sarana untuk berinovasi menebar kemanfa'atan. Al-muhafadhatu alal qadimish shalih wal akhdzu bil jadidil aslah, mempertahankan tradisi lama yang baik dan mengambil pola baru yang lebih baik! Gue tahu itu!!!" Tapi mulutnya tercekat ketika hendak mengatakannya, takut, takut dan takut.
Namun Abah Roxhyd bisa membaca bahasa tubuh Exach, bahasa semesta selalu sama, sebuah bahasa tanpa kata yang mekanisme sudah tertulis dalam "mega server" Lauhul Mahfudz, dengan lembut beliau mengelus kepala Exach, dengan lirih beliau berkata yang menurut Exach tiada mendengar selain dirinya, "Ada baiknya kamu menjauh dulu dari Xhamaran91, cah bagus! Jangan terlalu dekat dengan cahaya yang menyebabkanmu silau hingga buta, jangan pula terlalu menjauhi yang menyebabkanmu gelap tak bisa melihat apa apa."
Seolah tahu apa yang ada dalam hati Exach, Abah Roxhyd melanjutkan, "Nyawa Ajeng Vie3 emang terancam, setiap kita pun terancam nyawanya bukan?"
Exach tersenyum mengingat kejadian itu. Namun setidaknya ia senang karena apa yang dikatakannya tentang Vie3 menjadi kenyataan. Seolah peristiwa lama terulang, peristiwa "Operasi Naga Hijau", pasca tumbangnya Orde Baru banyak Kiai menjadi target operasi dengan tuduhan sebagai dukun, hanya saja saat itu targetnya adalah Vie3, puteri Abah Roxhyd. Tentu saja kejadian itu membuat Pesantren gempar. Exach tahu kejadian ini dari teman teman santri yang seminggu sekali membezuknya.
Bahkan Exach masih menyimpan surat dari Ajeng Vie3, yang dititipkan pada teman temannya. Dia juga masih mengingat pesan dalam surat tersebut. "Jangan lupakan tadarus Al Qur'an, Kang. Insya-Allah mampu menjadi sarana self defenseve dari segala bisikan bisikan yang kita tidak tahu dari khotir mana itu. Itulah pesan Abah, bukan? Yah... tadarus, biarpun dengan suara fals, biarpun terbata-bata mengucapkan makhrojnya, biarpun tertatih-tatih menjaga tajwidnya, biarpun babar blas kita tidak tahu maknanya. Namun percayalah, ketika bertadarus mata kita menatap huruf huruf Al Qur’an yg penuh hikmah, lisan kita mengucapkan dan menghasilkan gelombang suara yg penuh berkah, telinga kita menangkap sonar suara itu untuk menghujamkan dalam subliminal kita sehingga, dalam setiap tarikan dan hembusan nafas, dalam setiap ucapan dan perbuatan insya-Allah kita tetap mendapat taufiq dan hidayah Allah Ta’ala."
Hati ini teLah menduga bila akhirnya kamu bersamanya...
Lelaki ini mengenangmu dan berdo'a semoga kau bahagia...
Lelaki ini menyayangmu dan berharap tiada yang terluka...
Kini Exach kembali ke Pesantren tercinta. Dengan semangat baru, dan optimisme baru untuk mengarungi masa depan, menaklukan dunia, mengejar cinta dan cita. Mungkin benar kata si Bedesh itu batinnya, terkadang... dunia tak butuh pengetahuan kita tapi aksi kita.
*****
Gadis itu berhasil mencuri perhatian Exach, tapi tidak untuk hatinya. Xhittie Raxhuna Vibava, Ustadzah brilliant dan energik yang selalu kreatif saat tabarukkan bersama anak didiknya, santri TPQ. Seringkali Ustadzah satu ini menggunakan boneka sebagai sarana untuk mengajar, plushstories katanya. Namun Exach sadar, tidak mungkin cintanya terbagi apalagi jika harus mengkhianati temannya sendiri, Buddy.
Tapi... Ia juga masih tertatih mengumpulkan kepingan keberanian untuk menyatakan rasa pada gadis pujaannya, Vie3. Karena nyatanya ia juga menyadari bahwa bukan pernyataan indah dan rangkaian kata sastra saja yang dibutuhkan, tapi komitmen untuk mewujudkan. Ia bahkan heran pada dirinya sendiri, mengapa pada suatu waktu mengatakan "Orang yang gak gue suka, adalah orang yang suka ngejar ngejar gue," namun di lain hari ia juga mengatakan, "Gue lebih suka dikejar."
"Mereka akan datang... mereka akan membunuh puteri Abah, Ajeng Vie3!!!" Exach berteriak meronta ronta karena Budhy, Huuda dan Uzai-Gi memegang kuat kuat kedua tangan dan kakinya. Beberapa santri ikut menonton dan ada yang berbisik bisik kalau Exach mengidap Dissociative Identity Disorder (DID), atau pribadi ganda.
"Akhir akhir ini Kang Exach makin aneh, Ustadz. Sering cerita masalah Mujaddid, Avatar, terus apa tuh~ Mmmmmph... time traveller gituh." Terang Buddy pada Ustadz Aari, Lurah Pesantren.
"Iya... kadang ia berbicara sendiri, saat saya tanya sih katanya temen time travellernya itu sedang mencoba komunikasi dengannya lewat gelombang suara." tambah Huuda.
"Oiya... saya tadi membaca catatan di iphonenya, Ustadz. Mungkin bisa jadi bahan petunjuk" Uzay-Gi menyerahkan iphone milik Exach yang diketemukan di saku bajunya. Ustadz Aari mulai mambaca page terakhir yang kemungkinan dibaca Exach.
Jika kamu mau berkomunikasi langsung denganku, maka kamu harus bisa mengukur gelombang otak tanpa peralatan Electro Encephalo Graph (EEG). Sinyal otak manusia dibagi menjadi 4 jenis, yaitu sinyal Delta (0.5-4 Hz), sinyal Theta (4-8 Hz), sinyal Alpha (8-13 Hz), dan sinyal Beta (13-30 Hz). Kamu akan mudah menemukanku pada kodisi Delta, sulit memang.
Tapi perlu kamu ketahui proses ini sangat lambat, waktu dellay akan terlalu lama, bukankah kamu tahu bahwa kecepatan gelombang suara hanya 344 m/s itupun jika suhu udara 21 °C. Itulah mengapa saya lebih suka menemuimu lewat chatting via virtual time, lewat tulisan yang dipancarkan dengan gelombang cahaya yang kecepatannya 3. 10^8 m/s atau lebih tepatnya 299.792.458 m/s. IQRO'!!! (QS 32 :5). Hal itu sudah diketahui oleh 'Ulama terdahulu, Abu Ali Hasab Ibnu Al Haitham (965 -1040). Tapi perlu kamu ingat bahwa saya bukan malaikat yang terbuat dari Nnur (cahaya) dimana laju kecepatannya sebagaimana dalam QS 70:4.
Apa yang saya sampaikan dan apa yang nantinya kaulakukan hanyalah bagian dari ikhtiar, selanjutnya kita hanya pantas bertawakkal. Selamat berjuang, kawan.
Xhamaran91
koordinat 6°58′0″S 110°25′0″E / 6.96667°LS
Sejenak Ustadz Aari terdiam, lalu tak henti hentinya bertasbih dan bertahmid dan sesekali membaca istighfar. "Lalu... apa hubungannya dengan Ajeng Vie3?."
Mendapat pertanyaan itu tentu saja tak ada satu santripun yang berani menjawab, karena mereka tahu bahwa Abah Roxhyd hendak menjodohkan Ustadz Aari dengan Ustadzah Vie3.
"Mereka akan dataaaaang...!!! Mereka akan membunuh Ajeng Vie3!!!," kembali Exach berteriak teriak.
"Untuk sementara, bawa Kang Exach ke ruang ihtisab. Kang Buudy dan Kang Huuda mohon bantuannya untuk menemaninya. Kang Uzai-Gi, hubungi Mbakyu Maiyha agar segera memberitahu kedua orang tua Kang Exach, mereka kan sepupuan." Kata Ustadz Aari memberi komando, "Saya akan sowan Abah Roxhyd dulu, untuk konsultasikan masalah ini."
Uzai-Gi memandang Buudy dan Huuda sambil memamerkan senyum gingsulnya. "Alhamdulillah... haha... Puteri Cahaya, i'm coming..." bisiknya lirih berbunga bunga. Hampir bersamaan Buddy dan Huuda mencibir, "Huuuuuuu...!!!"
*****
Senja selalu membuat pemuda itu takut, gelap adalah kondisi yang membuatnya ia mengenang sebuah peristiwa suram. Suram karena ia tak bisa berbuat apa-apa atas sesuatu yang harusnya tidak terjadi, karena ia mengetahui... satu hal, m-a-s-a-d-e-p-a-n. "Harusnya gue tak di sini, pikirnya, harusnya dulu gue dengerin sobat maya gue si Xhamaran91"... Yah harusnya Exach tidak menceritakan interaksinya dengan Xhamaran91 kepada teman temannya. Tiga bulan sudah ia menjadi pasien di sini, Ayahnya merekomendasi demikian karena tidak ingin merepotkan Abah Roxhyd, Pesantren dan para santri.
Waktu itupun Abah Roxhyd menyarankan pada orang tua Exach, bahwa putranya tidak perlu dibawa di Rumah Sakit Jiwa, anak itu hanya kecanduan online. Sesaat sebelum pamit dari Pesantren, Ustadz Aari pun menegaskan "Itulah mengapa di sini para santri dilatih untuk tidak kecanduan internet. Dunia maya berpotensi membuat seseorang menciptakan pribadi atau karakter yang tidak dimiliki atau tidak bisa diwuhudkannya di alam nyata, terlalu lama atau terlalu sering menyelami dunia maya akan membuat seseorang menjauh dari sosialisasi kehidupan nyata. Pembatasan bukan berarti pelarangan, Pak."
Exach saat itu tentu mendengar percakapan Ayahnya dengan Abah Roxhyd maupun dengan Ustadz Aari. "Tidaaak....!" teriak batinnya, "Bukan begitu!, Gue tahu itu... Gue tidak kecanduan online, Gue tau makna peraturan Pesantren, bahwa teknologi dijadikan sarana untuk berinovasi menebar kemanfa'atan. Al-muhafadhatu alal qadimish shalih wal akhdzu bil jadidil aslah, mempertahankan tradisi lama yang baik dan mengambil pola baru yang lebih baik! Gue tahu itu!!!" Tapi mulutnya tercekat ketika hendak mengatakannya, takut, takut dan takut.
Namun Abah Roxhyd bisa membaca bahasa tubuh Exach, bahasa semesta selalu sama, sebuah bahasa tanpa kata yang mekanisme sudah tertulis dalam "mega server" Lauhul Mahfudz, dengan lembut beliau mengelus kepala Exach, dengan lirih beliau berkata yang menurut Exach tiada mendengar selain dirinya, "Ada baiknya kamu menjauh dulu dari Xhamaran91, cah bagus! Jangan terlalu dekat dengan cahaya yang menyebabkanmu silau hingga buta, jangan pula terlalu menjauhi yang menyebabkanmu gelap tak bisa melihat apa apa."
Seolah tahu apa yang ada dalam hati Exach, Abah Roxhyd melanjutkan, "Nyawa Ajeng Vie3 emang terancam, setiap kita pun terancam nyawanya bukan?"
Exach tersenyum mengingat kejadian itu. Namun setidaknya ia senang karena apa yang dikatakannya tentang Vie3 menjadi kenyataan. Seolah peristiwa lama terulang, peristiwa "Operasi Naga Hijau", pasca tumbangnya Orde Baru banyak Kiai menjadi target operasi dengan tuduhan sebagai dukun, hanya saja saat itu targetnya adalah Vie3, puteri Abah Roxhyd. Tentu saja kejadian itu membuat Pesantren gempar. Exach tahu kejadian ini dari teman teman santri yang seminggu sekali membezuknya.
Bahkan Exach masih menyimpan surat dari Ajeng Vie3, yang dititipkan pada teman temannya. Dia juga masih mengingat pesan dalam surat tersebut. "Jangan lupakan tadarus Al Qur'an, Kang. Insya-Allah mampu menjadi sarana self defenseve dari segala bisikan bisikan yang kita tidak tahu dari khotir mana itu. Itulah pesan Abah, bukan? Yah... tadarus, biarpun dengan suara fals, biarpun terbata-bata mengucapkan makhrojnya, biarpun tertatih-tatih menjaga tajwidnya, biarpun babar blas kita tidak tahu maknanya. Namun percayalah, ketika bertadarus mata kita menatap huruf huruf Al Qur’an yg penuh hikmah, lisan kita mengucapkan dan menghasilkan gelombang suara yg penuh berkah, telinga kita menangkap sonar suara itu untuk menghujamkan dalam subliminal kita sehingga, dalam setiap tarikan dan hembusan nafas, dalam setiap ucapan dan perbuatan insya-Allah kita tetap mendapat taufiq dan hidayah Allah Ta’ala."
Hati ini teLah menduga bila akhirnya kamu bersamanya...
Lelaki ini mengenangmu dan berdo'a semoga kau bahagia...
Lelaki ini menyayangmu dan berharap tiada yang terluka...
Kini Exach kembali ke Pesantren tercinta. Dengan semangat baru, dan optimisme baru untuk mengarungi masa depan, menaklukan dunia, mengejar cinta dan cita. Mungkin benar kata si Bedesh itu batinnya, terkadang... dunia tak butuh pengetahuan kita tapi aksi kita.
...:::::...
Kang/ Mbakyu : Panggilan yang lumrah di kalangan santri besar, kecil, tua, muda. Panggilan Ustadz/ Ustadzah hanya ketika santri tsb dipercaya untuk tabarukkan/mengajar.
Ajeng : Panggilan untuk putri seorang Kiayi di sebagian besar Pesantren Jawa, untuk putra Kiayi biasanya dipanggil "Gus".
Lurah Pesantren : Pimpinan Asrama Pesantren yang membawahi beberapa ketua gota'an/ ketua kamar. Di sebagian Pesantren lain ada yang menyebutnya sebagai Ro'is 'Aam, atau bahkan istilah lain sesuai dengan intruksi dari Mudir 'Aam (Pengasuh Pesantren).
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬ஜ۩۞۩ஜ▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
"Cerita ini diikutsertain dalam 'Giveaway Buku Bekas Gue' karna 'Eksak' lagi ulang tahun."
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬ஜ۩۞۩ஜ▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
Selamat Ulang Tahun, Kang Andi Winarso :D Saya harap ini bukan "perayaan", tapi "peringatan". Tambah barokah rizqinya, tambah bermanfa'at 'ilmunya. Sukses fid diin wad dunya wal akhiroh. Amin.
Samaranji.