Bismillahirrohmaanirrohiim, Alhamdulillah wash sholatu was salamu 'ala Rosulillah SAW.
Sebuah ilustrasi : Seorang ibu menjewer putranya yang dirasa nakal karena ketahuan mencuri mangga milik tetangga, "Dasar anak bandel, siapa yang ngajarin maling hahh?! Itu merugikan orang lain dan dirimu sendiri, nak!" Tetangganya yang kebetulan lewatpun menimpali. "Iya tuh Bu, anaknya emang bandel, tukang nyolong, suka berantem. Anak setan kaleee..." Mendengar hal tersebut, tentu saja Sang Ibu tidak terima atas penilaian premature tetangganya. Sambil berkacak pinggang, mata melotot tentu saja Sang Ibu berteriak, "Haahh, apaaah?!... tahu apa kamu soal anak saya?!. Biar nakal begini dia berprestasi, jangan coba coba sok tahu kamu ya!"
Antara Citra Diri dan Citra Bangsa
Citra diri adalah pandangan yang kita buat tentang diri kita sendiri. Citra diri seringkali terbentuk akibat penilaian orang orang sekitar yang tanpa disadari akan memberi afirmasi dan sugesti sehingga menjadi stimulus pembentukkan karakter sesuai pendapat orang orang sekitar tersebut. Sebagaimana dalam ilustrasi di atas, jika anak tersebut selalu dan selalu disebut nakal, pencuri, temperamental, dan hal hal negatif lainnya oleh orang orang sekitar maka anak tersebut lambat laun akan membentuk citra diri demikian adanya.
Dalam skup makro, citra Bangsa Indonesia juga terbentuk dari informasi informasi pemberitaan yang dihembuskan secara terus menerus baik oleh media lokal, nasional maupun media internasional. Sebagai putra Bangsa, perlu kiranya kita bersikap bijak menilai secara proporsional apa yang menjadi akar permasalahan Bangsa sendiri.
Pencitraan dan Pembentukan Karakter
Dalam skup makro, citra Bangsa Indonesia juga terbentuk dari informasi informasi pemberitaan yang dihembuskan secara terus menerus baik oleh media lokal, nasional maupun media internasional. Sebagai putra Bangsa, perlu kiranya kita bersikap bijak menilai secara proporsional apa yang menjadi akar permasalahan Bangsa sendiri.
Pencitraan dan Pembentukan Karakter
Untuk bertumbuh berkembang, kita perlu membangun citra diri yang positif. Diri kita tidak seburuk yang kita sangka, sehingga kita perlu menelusuri akar atau sumber yang menyebabkan citra kita yang negatif. Perasaan yang sering menghantui mental Bangsa kita, kita bangsa korup, kita bangsa miskin SDM, kita bangsa bodoh, kita bangsa kotor, akan memberi persepsi negatif pada citra diri Bangsa.
Keyakinan bahwa kita adalah Bangsa besar harus ditanamkan, bahwa kita Bangsa yang mampu menilai diri sendiri, mampu mengevaluasi diri, mampu menganalisa kekurangan dan kelebihan diri untuk dijadikan acuan sebagai analisis SWOT (strength/ kekuatan, weakness/ kelemahan, opportunities/peluang dan threatness/ ancaman). Persepsi, citra diri positif tentunya akan berdampak pada pembentukkan karakter Bangsa yang lebih baik, hal ini tentu juga akan berpengaruh pada relasi terhadap Bangsa lain. Itulah yang dilakukan Sang Ibu dalam ilustrasi di atas.
Sebagai insan blogosphere Indonesia, sedikit banyak kita berkontribusi pada dunia jurnalistik Indonesia, kita penyaji informasi yang sangat berpengaruh pencitraan Bangsa ini dimana informasi informasi yang tersaji juga mempengaruhi pembentukan karakter Bangsa. Jika kita menyajikan informasi tentang pejabat korup terus menerus tanpa sedikitpun mengekspose pejabat pejabat yang berprestasi dan berdedikasi dalam mengemban amanah Negara, maka stigma korup itulah yang akan menjadi patron masyarakat kita, masyarakat awampun akan enteng berkata, "Ah... aku korupsi seratus ribu gak papalah, lah wong pejabat kita aja korupsinya milyaran."
Jika kita menyajikan informasi terus menerus tentang rusaknya moral publik figure anak band yang terlibat drugs, tawuran pelajar, sex trailler karena dianggap sebagai berita yang lebih "menjual", sementara berita berita prestasi pelajar yang menjadi juara Olimpiade Fisika, maupun prestasi prestasi putra Bangsa lainnya sengaja ditenggelamkan, maka... jangan heran jika pemuda pemuda kita pun akan mencitrakan diri sesuai informasi yang diterimanya.
Sebagai penyaji informasi, kita insan blogosphere khususnya dan insan jurnalist pada umumnya punya tanggung jawab moral atas pembentukkan karakter Bangsa. Porsi berita apa dan bagaimana yang kita sajikan akan membentuk Citra Bangsa. "Alkalamu nisfu du'a" bahwa perkataan adalah sebagian dari do'a. Firman Allah Ta'ala, kurang lebih artinya :
(QS. Adz dzariyat, 51:23). Maka demi Tuhan langit dan Bumi, sesungguhnya yang dijanjikan itu adalah benar-benar (akan terjadi) seperti perkataan yang kamu ucapkan.
Maha Benar Allah atas segala firman firman-Nya.
Lalu, Siapa "Tetangga" Itu?
Mereka adalah orang orang yang tidak obyektif, mereka adalah orang orang yang iri atas kemajuan dan pencapaian pembangunan Bangsa kita. Mungkin ada benarnya dari apa yang mereka katakan dan mereka beritakan, tetapi tak akan kita temukan niat tulus untuk mengingatkan dan memberi masukkan. Tujuannya cuman satu, melemahkan mental Bangsa kita dengan selalu dan selalu memberi informasi yang muaranya menjelekkan Bangsa kita.
Lalu bagaimana kita bersikap? apakah harus ikut menjelek jelekkan Bangsa lain? Ooo tidaak...! itu bukan karakter Bangsa kita, kita mental pejuang, bukan mental penjajah jalang. Kita bukan bangsa bar bar penganut hukum rimba yang harus menghancurkan pribadi lain untuk bertahan hidup, kita Bangsa beradab yang menjadikan rivals untuk diajak bersama sama bersinergi membangun peradaban.
Kita bangkit bukan karena jatuh,
Kita bangkit karena ingin lebih bergemuruh.
Jayalah Bangsaku, Jayalah Negeriku, Indonesia... Merdeka!!!
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬ஜ۩۞۩ஜ▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬ஜ۩۞۩ஜ▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
Semoga bermanfa'at.