Bismillahirohmaanirrohiim. Alhamdulillah, wash sholatu wassalamu 'ala Rosulillah SAW.
Tingkahnya lucu, menggemaskan, apalagi saat ia bergelantungan. Terkadang kita dibuat geli melihat tingkahnya. Si Momon ini makhluk primata, katanya sih sepupu manusia. Pernahkah terpikir dalam alam bawah sadar kita, bahwa Si Momom mungkin adalah ibroh dari Allah Azza Wa Jalla yang patut direnungi bersama. Ada Apa Dengan Si Momon ? Bisa jadi Si Momon adalah salah satu manifestasi dari sifat ketamakan dan kerakusan manusia, atau mungkin juga salah satu 'sinyal' dicabutnya muru'ah (rasa malu) manusia di dunia ini oleh Allah Azza Wa Jalla.
Tanpa bermaksud menyudutkan dan meremehkan makhluq lain, tanpa merasa diri paling bersih dan benar, kita setuju bahwa seekor monyet ingin selalu memiliki dan tak pernah mau melepaskan apa yang sudah dimiliki. Ingin selalu meraih tanpa memberikan ungkapan terima kasih. Tangan kanan memegang semangka, sementara tangan kirinya mencengkeram sekeranjang mangga, kaki kiri menggenggam pepaya sedangkan kaki kanan ikut mencengkeram seolah takut kehilangan dan kekurangan. Padahal dimulutnya masih tersisa kulit pisang. Dalam keadaan begitu-pun, si monyet masih juga mengharapkan pemberian.
Tak perlu mengelus dada, tak usah menggelang kepala atas tingkahnya. Cukup dengan monyet, cukup lewat Si Momon kita belajar tentang sifat terpendam - ketamakan dan kerakusan serta hilangnya muru'ah - manusia yang harus diredam. Dalam hal ini mungkin saja Charles Darwin bangga atas teori missing link-nya, atau bahkan tersenyum bila anggapan bahwa monyet "sepupu" manusia hampir mencapai titik kebenaran.
Selanjutnya, tak begitu penting untuk diperjelas secara panjang lebar di sini, karena akibatnya akan membuat kita merasa malu sendiri. Ketamakan dan kerakusan yang sebagian besar diakibatkan kurangnya rasa syukur adalah sifat dasar manusia yang jauh terpendam dalam hati. Ibarat kayu yang mengapung di air, sifat-sifat tersebut harus diusahakan selalu ditekan agar tak pernah muncul lagi.
Semoga bermanfa'at...